Salemba, Jakarta—Pasal 48 Undang-Undang Nomor 43 Tentang Perpustakaan mengamanahkan pembudayaan kegemaran membaca bisa dilakukan mulai dari satuan keluarga, pendidikan, dan masyarakat. meskipun di saat pandemi, aktivitas pembudayaan tidak boleh surut. Di satu sisi, pandemi mengubah sudut pandang terhadap cara penyampaian pengetahuan dan penyebaran informasi bagi masyarakat. Namun, di sisi lain pemanfaatan ruang digital menjadi hal yang wajar dalam mendapatkan segala sesuatu, termasuk pemenuhan kebutuhan terhadap informasi. Perpustakaan adalah institusi yang sangat siap untuk menghadapi perubahan di masa pandemi ini.
“Pembudayaan kegemaran membaca yang dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan “Lapar Buku” masyarakat,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi mengawali Webinar Sosialisasi Pembudayaan Kegemaran Membaca, Selasa, (11/8).
Pemanfaatan ruang digital di masa pandemi, semisal webinar menjadi sesuatu yang dibutuhkan masyarakat untuk terus menambah pengetahuan. Perpustakaan Nasional bersyukur bahwa berbagai jenis perpustakaan telah menghiasi ruang digital dengan berbagai peningkatan kegemaran membaca.
Menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-75, sumber daya manusia menjadi fokus utama pembangunan Indonesia. Kontribusi Perpusnas disini terlihat ketika mampu berperan mewujudkan manusia cerdas. Oleh karena itu diperlukan program pemberian wawasan, pengetahuan, dan pembekalan keterampilan masyarakat melalui perpustakaan.
Pemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial kini sudah menjadi bagian dari Prioritas Nasional satu. Program ini mencakup strategi pengembangan perpustakaan umum dan komunitas, peningkatan keterampilan hidup berbasi literasi informasi, peningkatan standar mutu layanan perpustakaan melalui akreditas, dan transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial
“Perpustakaan Nasional terus mendorong seluruh perpustakaan untuk menjadi pelopor gerakan literasi di masyarakat untuk memperbaiki taraf kesejahteraan masyarakat,” tambah Deni.
Seiring waktu dan peradaban tidak ada lagi paradigma perpustakaan yang hanya sekedar menanti kunjungan, atau mengelola segala koleksi yang dihimpun. Perpustakaan sudah bertransformasi dengan memberdayakan sumber daya manusia melalui pendekatan teknologi informasi. “Masyarakat harus diyakinkan bahwa akan ada peningkatan kesejahteraan, keluar dari kesulitan dengan memaksimalkan segenap potensi dan kemampuan,” pungkas Deni.
Reportase : Hartoyo Darmawan
Fotografer : Hartoyo Darmawan
Sumber : perpusnas.go.id